Laman

Minggu, 20 Mei 2012

PAKU DAN KEMARAHAN

suatu ketika ada seorang anak lelaki yang bersifat pemarah. untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan kepada anak itu untuk menancapkan paku ke pagar di belakang setiap kali dia marah.

pada hari pertama anak itu telah menancapkan paku sebanyak 48 paku ke pagar setiap kali dia marah....lalu secara bertahap jumlah itu berkurang.

dia mendapati bahwa lebih mudah menahan amarahnya dari pada menancapkan paku di pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak itu bisa mengandalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan mencabut satu paku setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya.
Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar "hmm,,, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini.
Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya, " ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini,,,di hati orang lain.

kamu dapat menusukan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu,,, tetapi tidak perduli berapa kali kamu minta maaf , luka itu akan tetap ada,,, dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik."

memang, sebuah permintaan maaf bisa mengobati banyak hal. namun, agaknya kita juga harus mengingat, bahwa semua itu tidak ada artinya, saat kita mengulangi kesalahan itu kembali.

Adapun cerita ini, adalah sebuah tamsil, sebuah amsal, sebuah ibarat, dan sebuah wira-kisah. tentang, berbuat kesalahan memang wajar, ia juga mengajarkan, menghindarinya adalah hal lain yang bisa kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar