sang ibu pun menjawab “Ya Rasullullah, dia ini anak yang sangat taat beribadah kepada Allah mengikuti ajaranmu”. Lalu Rasullullah menanyakan bagaimana hubungan antara dia dengan ibunya. Serta merta ibunya menjawab " ya rosullullah"Al Khomah ini adalah anak yang durhaka dan tak mau menghargai orang tua, sakit hati saya, kemudian Rasullullah bertanya apakah ibu mau memaafkan kesalahan Al Khomah selama ini; sang ibu menjawab bahwa dia tak mau memaafkan Al Khomah karena durjana kepadanya.
“Ambilkan aku kayu bakar,” demikian kata Rasul kepada sahabat yang menyaksikan. saat semua kayu sudah terkumpul, sang ibu pun bertanya : apa yang akan kau lakukan pada anakku ??? Kemudian Rasul memerintahkan membakar jazad Al Khomah yang sedang sekarat.
Serta merta ibunya memohon Rasul mengurungkan niatnya. rasul menanyakan lagi apa sekiranya sang ibu mau memaafkan Al Khomah karena kalau tak mau Rasul akan membakarnya. Ibunya menyanggupi dan memaafkan semua kesalahan Al Komah. Akhirnya Al Khomah bisa menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Kisah kedua adalah tentang orang miskin bernama Sa’labah. Saking miskinnya ia bergantian memakai baju yang sama dengan istrinya sehingga setiap selesai shalat berjamaah di masjid, dia langsung tergesa pulang ke rumah. Akhirnya Rasul menanyakan mengapa Sa’labah selalu tidak dzikir setelah shalat. Sa’labah menceritakan keadaannya kepada Rasul saw. Kemudian ia memohon kepada Rasul agar memanjatkan doa kepada Allah supaya Sa’labah diberi kekayaan. Rasul tak menanggapi permintaan Sa’labah. Beliau hanya diam. kemudian Sa’labah memohon lagi kepada Rasul, tetap saja Rasul berdiam diri tak memberi jawaban. Setelah permohonan Sa’labah yang ketiga, Rasul akhirnya menyetujui permohonan Sa’labah. Rasul bermunajat kepada Allah dan akhirnya doanya diijabah Allah swt. Sa’labah diberi modal oleh Rasul berupa seekor kambing.
Dengan modal seekor kambing tersebut Sa’labah memeliharanya dengan baik hingga beranak-pinak menjadi 4, 16 dan banyak lagi. Sa’labah tekun memelihara hewan peliharaannya hingga akhirnya kewalahan disibukkan mengurus ternaknya. Lambat laun Sa’labah mulai berkurang ibadahnya ke mesjid. Ia mulai jarang terlihat ke mesjid karena disibukkan dengan urusan ternaknya yang semakin banyak dan usahanya makin lancar.
Tibalah pada musim pemungutan pajak dan Rasul mengutus sahabatnya untuk meminta bagian zakat dari ternak Sa’labah. Namun sahabat tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sa’labah lantaran Sa’labah merasa bahwa ia telah bekerja kerasa mengapa musti orang lain yang tak membantu usahanya musti diberi jatah bagian. Mendengar hal ini rasul marah dan berjanji tak akan menerima sedikitpun zakat dari Sa’labah. Ketika akhirnya Sa’labah sadar bahwa ia harus membayar zakat, maka ia menghadap ke Rasul untuk meyerahkan zakat tersebut. Namun Rasul tetap berpendirian menolaknya dan mengatakan bahwa harta yang dimiliki Sa’labah adalah terkutuk. Sa’labah menangis dan memohon dengan sangat kepada Rasul. Rasul tetap bersikeras tak mau menerima hingga beliau wafat. Setelah Rasul wafat pun, semua penerus Rasul sebagai pemimpin umat tak ada yang berani menerima zakat dari Sa’labah karena Rasul saja tak bisa menerimanya. Akhirnya zakat dari Sa’labah tersebut tetap tak tersalurkan hingga dia wafat dalam keadaan kafir.
Mumpung masih ada orang tua….
Sebaiknya kita mulai lebih menghormati orang tua (ibu dan bapak) kita karena begitu tingginya kedudukannya setelah Allah SWT. Jangan sampai di saat sakaratul maut kita mengalami seperti Al Khomah, bahkan seorang Rasulpun tak berhasil membisikkan “la ilaaha ilallah” ke telinganya hingga ia berucap yang sama. Naudzubilla min dzalik …
Mumpung masih diberi rizki oleh Allah SWT …
Mari kita tunaikan zakat dan sodaqoh, karena ini akan merupakan tabungan amal kita…
Dari kenyataan bahwa Rasul menolak permohonan awal Sa’labah terhadap kekayaan, itu berarti kemiskinan harta tak dianggap penting oleh Rasul,Rasul selalu mengkhawatirkan umatNya jatuh miskin dalam keimanan. Bila dalam harta namun masih beriman, rasul tidak khawatir.
Wassalamualaikum wr wb,